Guru Ngaji Menanggapi Program Khatam Al Quran
Perasaan gembira dirasakan para guru ngaji berasal dari kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas(Mura), karena mereka sudah menyelesaikan tugas mulai menjalankan program mewujudkan Mura Darussalam. Bagaimana suka duka para guru ngaji ini saat mengkhatamkan para santrinya? Berikut laporannya.
Budi Santoso, Musi Rawas
AWAL minggu ini masih banyak para guru ngaji yang mengambil insentif di kantor DPPKAD Kabupaten Mura, di Kelurahan Air Kuti Kecamatan Lubuklinggau Timur I. Mereka datang dari desa-desa yang jauh dari Kota Lubuklinggau. Untuk satu orang guru ngaji mendapatkan Rp 500 ribu per orang, sementara santrinya Rp 100 ribu per orang. Satu persatu guru ngaji itu mengambil uang insentif diberikan petugas DPPKAD.
Dari kerumuman para guru ngaji terdapat rombongan guru ngaji dari Desa Maur Lama dan Maur Baru. Mereka adalah An Nukman (55), Siti Khodijah (55). Azhari (45), dan Umar (41). Para guru ngaji ini merasa senang bisa melaksanakan tugas mereka untuk mewujudkan Mura Darussalam merupakan program Bupati Mura. Menurut An Nukman, sejak gelombang pertama khatam Alquran di Desa Maur, ia sudah berhasil mengkhatamkan 8 santri, sementara teman-temannya sesama guru ngaji ada yang meluluskan 7 santri hingga 15 orang. “Alhamdulillah, tugas kami ini sudah selesai dengan meluluskan sejumlah santri yang ikut program khatam Alquran ini.
Memang ada kendala kami alami dengan penolakan orang tua anak yang tidak mengizinkan anaknya ikut mengaji, tetapi kami tetap berusaha untuk meyakinkan mereka ikut program khatam Alquran ini,” papar An Nukman diamini rekan-rekannya.
Ia juga mengaku merasa ikhlas dapat menjalankan tugas mulia ini. Selain itu basicnya selaku guru ngaji tak menjadi soal jika membina anak-anak agar khatam Alquran. Ia berharap ke depan motivasi orang tua untuk mengikutkan anaknya giat mengaji makin besar, karena ini sangat penting sekali dalam membentuk mental anak-anak tersebut saat dewasa nanti.
Pernyataan senada dikatakan Siti Khodijah. Ustadzah ini menyatakan Desa Maur Lama dan Baru itu dulu dikenal sebagai desa yang nilai agamis cukup baik. Sehingga mereka sebagai guru ngaji sangat ingin menciptakan lingkungan bernuansa Islami. “Saya berharap agar program khatam Al Quran ini dapat terus dilaksanakan karena sangat banyak manfaat dirasakan dengan penerapan di tengah-tengah masyarakat,” jelas perempuan berkerudung ini.
Sebagai guru ngaji di Desa Maur Lama dan Baru, membuat para guru ngaji ini berusaha menjalankan tugas dengan sebaik mungkin. Apalagi mengkhatamkan anak-anak yang kebanyakan masih duduk di bangku SD itu hingga bisa lancar membaca Alquran dengan baik.(*)
0 komentar