TUGUMULYO- Pengusaha kolam air deras yang memanfaatkan pengairan irigasi dapat menimbulkan dampak kekeringan areal pertanian. Antisipasi kekeringan air itu mesti disikapi petani menanami areal persawahan dengan palawija.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (KUPT Bapelu PPK) Momo Katma, melalui KJS Bidang Perikanan, Apep Saiful Mafud menjelaskan kalau pengusaha kolam deras bisa memanfaatkan pengairan umum, maka pengairan irigasi untuk petani tidak terganggu.
“Seandainya bendungan Satan, bendungan Sukahati dimanfaatkan dengan membuat kolam terapung dengan jaring, biayanya akan lebih murah. Penerapan kolam terapung sangat berkembang di daerah Provinsi Jawa Barat, mudah-mudahan dapat diterapkan di Kabupaten Mura,” kata Apep.
Ditambahkanya, hasil dari pemanfaatan kolam terapung untuk perikanan sangat baik dan tidak kalah dengan kolam deras. “Serta manfaatnya tidak menganggu pengurangan debit pengairan irigasi untuk persawahan petani,” tambahnya.
Disinggung pembangunan kolam air deras milik pengusaha di wilayah Kota Lubuklinggau, Apep mengatakan apabila nanti sudah beroperasi dan mendapatkan izin, maka dampaknya terhadap debit air irigasi untuk pertanian semakin berkurang.
“Air yang masuk kolam deras untuk per unit saja mencapai 100 liter air. Jika 50 jelas akan mengurangi debit air primer sedangkan areal persawahan satu hektar saja hanya 6 sampai 8 liter air,” jelasnya.
Dikatakannya selama ini daerah yang lokasinya diujung sering terjadi kekeringan air. “Untuk wilayah Kecamataan Tugumulyo ada tiga desa areal persawahanya yang sering kekeringan, diantaranya Desa M Sitiharjo, Q2 Tambahasri, dan H Wukirsari,” sebutnya.
Menurut Apep, antisipasi kekurangan air ini, pertanian di Kecamatan Tugumulyo mengganti dengan penanaman Palawija agar indek penanaman bisa mencapai 300.
“Selain itu juga digunakan penanaman sayuran yang pasti bisa memanfaatkan areal persawahan yang kurang subur ditanami padi,” terangnya.(05)
0 komentar